Dampak Uang pada Output dan Harga

 Juli 28, 2024

Uang merupakan alat pembayaran sehingga mestinya uang hanya memfasilitasi transaksi. Namun, dalam kenyataannya uang dapat berdampak pada output dan harga. Terdapat berbagai pandangan atas hubungan antara uang, output, dan harga. Menurut Hayek (1931), uang dapat mempengaruhi harga dan produksi (tidak netral). Hampir setiap perubahan pada jumlah uang, apakah itu mempengaruhi tingkat harga umum atau tidak, pasti selalu mempengaruhi harga relatif. Harga relatiflah yang menentukan jumlah dan arah produksi. Hampir setiap perubahan pada jumlah uang pasti juga mempengaruhi produksi.

Keynes (1936) berpandangan bahwa uang dapat berdampak pada output dan harga. Efek utama dari suatu perubahan kuantitas uang terhadap kuantitas permintaan efektif adalah melalui pengaruhnya terhadap tingkat bunga. Kenaikan jumlah uang beredar membuat tingkat bunga turun sehingga mendorong investasi. Di samping itu, juga karena adanya kekakuan upah, dimana upah uang (atau upah nominal) tidak berubah sebesar perubahan harga (misalnya, karena upah ditetapkan sebelumnya pada kontrak kerja). Kekakuan upah uang membuat upah riil turun ketika terjadi kenaikan harga sehingga hal itu berdampak pada employment, permintaan agregat, dan output.

Friedman (1968) berpandangan bahwa uang dapat berdampak pada output dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang berdampak hanya pada harga. Ekspansi moneter pada awalnya akan cenderung menurunkan tingkat bunga dan dengan cara ini dan lainnya akan menstimulasi pengeluaran. Pendapatan dan pengeluaran pun akan mulai meningkat. Awalnya, sebagian besar kenaikan pendapatan tersebut dalam bentuk peningkatan output dan employment daripada harga. Namun, karena harga jual produk biasanya merespon kenaikan yang tidak diantisipasi atas permintaan nominal lebih cepat daripada harga faktor produksi, upah riil yang diterima turun-meskipun upah riil yang diantisipasi oleh tenaga kerja naik. Employment pun meningkat, tapi pada akhirnya kembali ke level semula. Ekspansi moneter tersebut membuat harga naik. Friedman menyebutkan bahwa inflasi selalu dan di mana pun merupakan suatu fenomena moneter, dalam arti bahwa inflasi tersebut bisa dihasilkan hanya oleh kenaikan kuantitas uang yang lebih cepat dibandingkan kenaikan output.

Ball, Mankiw, dan Romer (1988) menyebutkan bahwa kenaikan uang secara nominal dengan harga nominal yang tetap (adanya kekakuan harga) membawa pada peningkatan tingkat pertama pada permintaan agregat riil, dan karena itu pada output riil.  Sementara itu, menurut Samuelson dan Nordhaus (2009), dalam jangka pendek uang dapat mempengaruhi permintaan agregat dan output riil, sedangkan dalam jangka panjang ekspansi moneter terutama mempengaruhi tingkat harga dengan sedikit atau tidak ada dampaknya pada output riil. Perubahan moneter akan mempengaruhi permintaan agregat dan PDB riil dalam jangka pendek ketika ada sumber daya yang menganggur dalam perekonomian dan kurva penawaran agregatnya relatif datar. Ketika harga dan upah menjadi lebih fleksibel dalam jangka panjang, perubahan kebijakan moneter cenderung memiliki dampak yang relatif kecil pada output dan dampak yang relatif besar pada harga. 

Jenis Uang
Jenis Pembiayaan

Artikel lainnya..